Aku, kau dan saudara
kembarku
Suara
kicau burung di pagi hari, terdengar menembus gendang telinga, jam alarm tepat
menunjukkan pukul 6 pagi. Aku masih terbaring, malas untuk bangun. Tapi
sepertinya bila aku terus tertidur, matahari akan marah padaku. Aku mencoba
untuk tidur kembali, tapi tak kuasa menahan sinar matahari yang terus
terbayang-bayang di wajahku. Baiklah aku menyerah dan akan bangun. Indahnya
pagi beserta cahaya matahari pagi juga mulai menyentuh seluruh isi ruangan
kamarku.
Aku
harus bersiap-siap untuk membantu mama ku dan mengemasi barang-barang ku. Hari
ini adalah hari minggu dan seperti biasa aku harus berangkat menuju asrama
sekolahku. Karena letak sekolahku yang cukup jauh dari rumahku, ya sekitar 3
jam perjalanan menaiki mobil, maka aku harus beragkat hari ini.
“oouuhhh.....!!!”
teriakku sambil menguap.
Hai
sobat kenalkan nama ku Cantika Wanda Putri, ya aku anak pertama dari dua
bersaudara. Aku mempunyai adek laki-laki yang sangat gendut, berbeda dengan ku
yang kurus. Di keluarga ku aku sendiri yang berbeda dari yang lain, kayak bukan
anak mama dan papaku, hehe....
Aku
terlahir dari keluarga yang sederhana, walaupun sederhana aku sangat mencintai
keluarga ku. Mama dan papa ku pun selalu memanjakanku. Sebenarnya aku tidak
boleh untuk bersekolah di sekolahku yang sekarang ini, tapi aku sangat
bersikeras untuk bersekolah di sini. Selain jarak yang jauh dan jarang pulang
ke rumah, faktor biaya juga menghambat. Tapi papa ku mendukung keinginanku ini,
akhirnya dengan berat hati semuanya ikhlas aku sekolah di sini.
Sobat,
setelah satu tahun aku berada di sini aku baru sadar betapa sulitnya hidup
sendiri yang jauh dari orang tua yang selalu memanjakan ku, betapa sulitnya
ketika ku sakit, dan mengatur keungan sendiri. Selama ini aku hanya bisa meminta
dan mengeluh tapi sekarang keluhan itu tidak berguna bagi ku sama sekali.
Jam
sudah menunjukkan pukul 11.00 saatnya untuk aku pergi. Sebelum aku pergi aku
berpamitan dulu dengan mama dan adik ku. Setelah aku berpamitan aku pun
berangkat dengan di antar papa ku. Tapi papa ku hanya bisa mengantar sampai
terminal saja, setelah itu aku harus naik bus menuju kota di mana sekolah ku
berada. Sobat taukah kamu? Di dalam bus ini masih sepi sehingga aku masih
leluasa untuk bergerak, biasanya penuh orang sehingga aku tidak leluasa,
jagankan untuk leluasa bergerak aja susah. Tidak lama kemudian ada seseorang
penumpang masuk, dia duduk di sebelahku. Aku pun tidak menyadarinya. Ketika ku lihat ternyata itu adalah kakak
kelas ku sendiri. Namanya Ikhsan. Tentu saja aku sangat terkejut melihatnya.
Kak Ikhsan kakak yang terkenal baik di sekolah. Selain itu, dia juga mengikuti
organisasi kerohanian islam. Aku sangat gugup berada di sampingnya. Setahu ku
dia orangnya pendiem dan jarang mau bersosialisasi dengan orang yang tidak
akrab dengannya.
Setelah
sekian lama, akhirnya dia mengajak aku ngobrol. Dan tidak ku sangka ternyata
dia mengetahui tentang diriku. Ternyata setelah sekian lama aku mengobrol
dengannya aku mengetahui sifat sebenarnya dari kak Ikhsan. Dia begitu arif
bijaksana dan bersahabat. Aku pun tiba di asrama sekolahku, setelah itu aku
langsung beres-beres kamar ku.
Kesokan
harinya, aku bersekolah seperti biasanya. Hanya saja terdapat sedikit keanehan
di dalam diriku. Aku merasakan sakit di daerah ginjalku. Hal itu ku buat biasa,
mungkin aku hanya kelelahan karena semalam tidur terlalu malam. Tapi akhirnya
aku tak kuasa lagi menahannya. Aku pun merasakan ada sesuatu yang menusuk yang
membuatku lemas. Teman ku yang tau keadaan ku langsung membawa ku ke UKS. Aku
tak tau mengapa aku merasakan hal ini. Setahu ku waktu kecil aku tidak
mempunyai penyakit apapun. Kemudian ada seorang guru yang menengok keadaan ku.
Guru itu sangat perhatian dan sayang padaku. Dia menyayangi ku melebihi anaknya
sendiri, entah mengapa sebabnya. Katanya “ Cantika kau sangat mirip dengan anak
ku, itulah yang membuat bapak sangat sayang padamu”. Dan aku menjawab “ kemana
anak bapak ?”. “dia sekarang berada di luar kota bersama neneknya, menuntut
ilmu di sana”. Tuturnya.
Sobat
ada yang aneh dengan guru ku itu, selain dia sayang padaku, dia juga selalu
menanyakan asal usul keluarga ku. Sepertinya ada yang di sembunyikan oleh bapak
itu. Aku sempat bercerita kepada mama dan papku tentang hal ini tapi mereka
hanya berkata “ itu hanya hal yang sewajarnya nak, tidak usah kamu pikirkan”.
Tapi aku melihat kedua orang tua ku berperilaku aneh ketika aku bercerita
tentang hal ini. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan dari ku. Aku sempat
berpikir kalau aku bukan anak kandung dari papa dan mama ku.
Setelah
aku mulai sembuh dari rasa sakit ku, guru itu bercerita tentang dirinya.
Dulunya bapak guru ku juga mempunyai penyakit yang sama dengan ku sekarang ini.
Dia juga mempunyai dua orang anak kembar. Tapi anak kembar itu terpisahkan
karena bapak itu tak sanggup untuk membiayai dua anak kembar tersebut. Hatinya
terasa terpukul dan bersalah, selolah-olah dia tidak mau menerima karunia yang
di berikan Allah saat itu. “trus anak bapak yang satunya kemana?” tanyaku.
“bapak terpaksa memberikan kepada orang lain”. “Kenapa begitu?” tanyaku ulang.
“pada waktu itu bapak tidak sanggup untuk membiayai mereka berdua, terpaksa
bapak berikan kepada orang lain, kemudian bapak pergi keluar kota untuk mengadu
nasib, dan akhirnya sekarang bapak bisa sukses sekarang ini. Sekarang bapak
ingin sekali mencari anak bapak tersebut. Bapak ingin meminta maaf karena telah
menyusahkan dia” jelasnya dengan panjang. “kenapa bapak sekarang tidak mencari
anak bapak”? tanya ku. “itulah nak, bapak ingin sekali mencari anak bapak,
tetapi tugas bapak di sini sangat banyak, belum lagi tugas yang berada di luar
kota. Lagian bapak juga tidak tahu anak tersebut berada di mana, sebab bapak
tidak tega harus menyerahkan langsung kepada ayah angkatnya, jadi dulu bapak
titipkan ke salah satu suster yang berada di rumah sakit sewaktu anak bapak
tersebut di lahirkan untuk di serahkan ke orang lain” jelasnya panjang. Aku
meras kasihan dengan pak guruku. Dia sangat baik dan ramah kepada ku. Aku jadi
ingin membantu mencari anak tersebut berada.
Sobat
sekarang aku dekat sama kak Ikhsan semenjak kejadian yang di bus tersebut. Aku
juga sering saling chatting dan sms an. Entah mengapa jadi begini. Aku merasa
nyaman berada di dekatnya. Dia yang selalu menuntunku kearah yang benar,
mengigatkan ku untuk rajin sholat, belajar. Serasa aku mempunyai kakak baru.
Kami juga saling curhat untuk menyelesaikan masalah masing-masing. Dia sangat
perhatian kepada ku. Apakah dia menyimpan perasaan yang sama atas apa yang aku
rasakan saat ini kepada dia?
Malam
hari seperti biasa, aku bercerita kepada kak Ikhsan tentaang apa yang ku alami
sewaktu tadi di sekolah. Dan dia mau membantu ku mencari siapa anak pak guru ku
yang hilang. Dia berkata” ok, nanti kakak bantu kamu untuk mencari dimana anak
bapak tersebut berada, tapi ingat dulu kita mau ujian kenaikan kelas jadi kita
belajar dengan sungguh-sungguh supaya dapat nilai yang memuaskan, setelah
ulangan baru kita sama-sama mencari di mana anak itu berada, gimana setuju
gak?”. “ok kak, aku setuju kok. Terima kasih kakak sudah mau membantu ku.”
Jawabku.
Seminggu
berlalu sudah. Dan aku sudah melaksanakan ujian kenaikan kelas dengan lancar
tanpa hambatan apapun. Tinggal menentukan hasilnya. Sekarang tiba waktunya class meeting. Class meeting inilah aku
gunakan untuk mencari siapa anak dari pak guru ku tersebut. Oya sobat ada yang
lupa nama guru ku itu bapak Muchtar. Dengan bantuan kak Ikhsan, pertama aku
menelusuri rumah sakit dimana dulu di lahirkan anak pak Muchtar. Kami mencari
data kelahiran 16 tahun yang lalu. Setelah berkas tersebut di temukan, di sana
terdapat informasi tentang kelahiran anak pak Muchtar. Anak tersebut di
lahirkan pada tanggal 25 januari 1996, pada pukul 04:30. Anak tersebut bernama
Safi Ramadhani dan Safa Ramadhani. Anak tersebut bergolongan darah o.
Sobat
aku merasa sedikit terkejut, karena semua tentang data kelahiran itu sama
seperti ku. Aku bertanya kepada kak Ikhsan” kak semua data ini sama seperti ku
ya”. “hmm...mungkin ini hanya kebetulan saja”. Setelah itu kami mencari suster
rumah sakit yang dulu pernah di titipi anak oleh pak Muchtar. Setelah kami
mendapatkan alamat tersebut, kami langsung menuju alamat tersebut. Tapi sayang
suster tersebut telah pindah cukup lama. Dan sekarang kami tidak tau harus
mencari kemana. Aku hampir putus asa setelah sekian lama dan lelah mencari
rumah suster tersebut. Tapi semangat dari kak Ikhsan membuatku tetap bertahan
untuk melanjutkan pencarian kami. Kami berhenti melakukan pencarian. Kami
beristirahat di bawah pohon beringin yang besar, di dekat pohon tersebut banyak
pedagang yang menjual berbagai makanan dan es.
Sobat
taukah kamu? Semenjak pencarian ini, aku semakin dekat dengan kak Ikhsan. Aku
merasa aman dan nyaman saat berada di dekatnya. Aku begitu lelah dalam
pencarian ini. Tubuh ku sejak kemarin sering lemas dan daya tahan berkurang.
Rasa sakit juga terasa di bagian ginjal. “Ya Allah ada apa dengan tubuh ku ini”
pikirku dalam hati. Aku terlelap dalam tidur di pundak kak Ikhsan. Dia pun
membiarkan ku, karena dia tau aku sedang sakit dan lelah. Aku pun terbangun
dalam tidur, kemudian melanjutkan pencarian. Di sana kami bertemu dengan
seorang penjual jamu keliling. Kami bertanya dengan seseorang tersebut. Seorang
tersebut mengetahui dimana suster itu berada. Kami langsung menuju rumah yang
di tunjukkan oleh seorang penjual jamu tersebut.
Sobat
aku senang sekali akhirnya pencarian kita membuahkan hasil. Sesampainya di
sana, kami bertemu dengan seseorang perempuan yang kira-kira berusia 45 tahun.
Perempuan itu adalah suster yang di titipi anak oleh pak Muchtar.
“assalamualaikum”, sapa kami. “waalaikumsalam wr.wb”, jawab ibu tersebut.
“silahkan masuk, ada yang bisa di bantu”, tanya ibu itu dengan ramah.
Kemudian
kami menjelaskan maksud dan tujuan kami datang kemari.”iya memang betul, 15
tahun yang lalu, pak muchtar menitipkan bayi kepada saya, kemudian anak
tersebut di adobsi oleh seorang keluarga yang belum bisa mempunyai anak” jelas
ibu itu. “ keluarga siapa yang mengadopsi anak tersebut bu” tanya kak Ikhsan
kepada ibu tersebut. “ sebentar ibu akan mengambilkan berkas nya” kata ibu itu
sambil mengambil map warna abu-abu.
Setelah
berkas itu di ambil aku sangat terkejut melihatnya. Ternyata nama orang tua
asuh itu adalah papa dan mama ku sendiri. Disana tertulis nama Safa Ramadhni.
Aku tak kuasa menahan air mata ku. Tidak ku sadari air mata ku sudah membasahi
pipiku. Ku rasakan tangan kak Ikhsan memegang pundak ku untuk menenangkan ku.
Sobat tak kusangka jadi nya seperti ini, aku masih tak percaya dengan semua
ini. Aku harus mencari bukti yang lebih kuat.
Setelah
liburan ini, aku pulang ke rumah. Tidak ada sesuatu yang aneh terhadap ku. Aku
bersikap biasa terhadap mama dan papaku. Aku langsung mencari bukti tersebut.
Dan ku temukan di lemari baju mamaku. Seberkas map yang sama dengan kepunyaan
suster tersebut. Kemudian aku perlahan-lahan mendekati mama dan papa ku yang
sedang ngobrol. Mereka terkejut aku mengetetahuinya. Mereka menceritakan apa
yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya takut bila nanti aku mengetahuinya aku
akan pergi.”ma, pa, aku tidak akan pergi meninggalkan kalian, karena kalian
yang telah merawatku. Tidak segampang itu bagi ku meninggalkan orang yang
sangat ku cintai”,jelasku.
Akhirnya
aku, mama dan papaku, pergi menemui ayah kandungku. Dan kak Ikhsan juga ikut
mengantarkanku. Disana aku bertemu dengan orang tua kandung ku, yang tidak lain
adalah guru ku sendiri. “benar apa yang selama ini bapak duga, ternyata memang
kamu adalah anak bapak yang dulu bapak titipkan ke orang lain”. Kemudian bapak
tersebut memanggil seseorang. Dia adalah saudara kembarku. Sobat aku seperti melihat
bayangku di cermin, dia sangat mirip dengan ku. Kak Ikhsan pun sampai tidak
berkedip melihatnya. Langsung saja aku cemburu dengannya. Bapak langsung
mengenalkan ku dengannya.
“Nak
sebenarnya nama mu Safa Ramadhani, dan ini kembaran mu Safi Ramadhani”.jelas
bapak tersebut. Sobat aku jadi mempunyai dua nama. “nak maukah kamu tinggal
bersama bapak dan saudara kembarmu di sini?”, pinta bapak tersebut. “maaf pak,
saya tidak bisa memenuhi keinginan bapak, aku lebih memilih tinggal bersama
papa dan mama, tapi aku akan sering menginap dan bermain di sini”, jawabku.
“baiklah jika itu keinginan mu”, jawab bapak itu.
Setelah
kejadian itu, kami bersikap sewajarnya, hanya saja kak Ikhsan lebih banyak
perhatian dengan Safi dibanding aku. Aku merasa kalau kak Ikhsan menyukai Safi,
tapi biarlah dia kan saudara kembarku. Kak andaikan kakak tau aku sekarang
sangat mencintai kakak, tapi sepertinya cintaku ini bertepuk sebelah tangan.
Semakin
lama aku semakin menjauh dari kak Ikhsan. Aku takut jika aku selalu berada di
dekatnya aku semakin sakit hati. Tapi kak Ikhsan menyadarinya, dia tahu kalau
aku menyayanginya. Dia bertanya kepada ku” kenapa sekarang berubah”?,”bukannya
kakak yang berubah?” aku balik bertanya. “Aku sebenarnya tau cantika, kakak
hanya mencoba kesetiaan mu saja lewat saudara kembarmu, kakak pun mempunyai
rasa yang sama dengan apa yang kau rasakan selama ini, dari dulu kakak sudah
mengetahui mu, kakak mencari seseorang seperti mu” jelasnya panjang
Sobat
ternyata aku mempunyai pikiran yang salah terhadap kak Ikhsan. Dia ternyata
mempunyai rasa yang sama dengan hati ku. Aku bahagia mendengarnya.
Sekarang
aku mempunyai segalanya, mama dan papa yang sayang padaku, ayah yang cinta
padaku, saudara kembar yang sehati dengan ku, dan kakak Ikhsan yang selalu
berada di sampingku. Kebahagiaan ku begitu lengkap.
The
End
karya: Uswatun Indriyani Nur Siam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar